7/16/2014

7 Bangunan Masjid yang Terbuat dari Lumpur

Banyak masjid yang memiliki arsitektur unik dan menakjubkan. Bahkan tak sedikit pelancong yang sengaja melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara, hanya untuk merasakan langsung keteduhan hati saat beribadah di masjid unik tersebut. Siapa yang menduga jika Kota Djenne yang berada di Mali, Afrika Barat, menyimpan keajaiban dalam bentuk sebuah masjid. Sebagai contohnya Masjid Djenne yang memiliki struktur bangunan unik terbuat dari lumpur.
7 Bangunan Masjid yang Terbuat dari Lumpur
7 Bangunan Masjid yang Terbuat dari Lumpur
Adapun lumpur yang digunakan untuk masjid ini tidaklah sembarangan. Sebelumnya, bata lumpur yang dikenal dengan ferey dikeringkan terlebih dahulu menggunakan panas matahari. Selain Masjid Djenne, masih ada beberapa masjid unik lainnya. Anda penasaran, simak tujuh masjid unik yang terbuat dari lumpur berikut ini.

1. Masjid Sankore, Timbuktu
Sankore Mosque in Timbuktu
By upyernoz from haverford, USA (Sankore Mosque, Timbuktu) [CC-BY-2.0], via Wikimedia Commons
Masjid Sankore ini terletak di Negara Mali, tepatnya di kota Timbuktu. Masjid ini dibangun pada awal abad 15 M pada akhir kejayaan Kerajaan Mali. Di masjid ini dulunya sebagai pusat pengajaran ilmu agama di Timbuktu. Bentuknya yang unik membuat masjid ini terkenal di seluruh dunia. Masjid Sankore dibangun pada akhir kejayaan Mali, pada abad 15 Masehi. Sejarah menyebutkan, Masjid Sankore ini merupakan pusat pengajaran dan pengkajian ilmu agama. Bentuknya yang menyerupai istana pasir menjadikannya terkenal di seluruh dunia. Masjid Sankore merupakan satu dari tiga masjid pusat pembelajaran kuno di Timbuktu. Dua masjid lainnya adalah Masjid Sidi Yahya dan Masjid Djinguereber, yang juga tersohor di Timbuktu.

Di awal pembangunannya, kekaisaran Mali mendapat kontrol langsung atas Kota Timbuktu. Tahun 1324 di masa pemerintahan Kaisar Mansa Musa Kankou, Masjid Sankore dirancang menjadi masjid agung pertama kemudian disusul pembangunan Masjid Djinguereber tiga tahun berikutnya. Peletakkan batu pertama diawali oleh perintah hakim ketua kota, Al-Qadi Aqib bin Mahmud bin Umar. Pada awalnya, Sankore hanya digunakan sebagai masjid. Namun seorang wanita lokal, Madinka, dengan kekayaannya mengubah Sankore menjadi lembaga pengajaran kelas dunia dengan profesor yang setara dengan di luar Afrika. Masjid yang saat ini sudah menjadi pusat pendidikan kelas dunia itu dirancang sedemikian rupa, sehingga dimensi bangunan tepat menghadap ke Ka'bah di Makkah. 

2. Masjid Djingareyber, Timbuktu
Djinguereber in Timbuktu
By upyernoz from Haverford, USA (Djinguereber Mosque, Timbuktu) [CC-BY-2.0], via Wikimedia Commons
Masjid Djingareyber dibangun oleh Sultan Kankan Moussa pada 1327 setelah kembali dari ziarah ke Mekkah, kemudian antara tahun 1570 dan 1583, qadhi dari Timbuktu, Imam Al Aqib, memperluasnya. Masjid ini merupakan salah satu dari tiga masjid terbesar di kota Timbuktu, dan merupakan pusat studi yang terkenal di Mali. Selain dari batu kapur, seluruh bangunan masjid terbuat dari tanah dan bahan-bahan organik seperti serabut, jerami dan kayu. Masjid ini memiliki tiga lapangan, dua menara dan 25 pilar yang saling berhadapan di timur dan barat, serta ruangan shalat yang dapat menampung 2.000 jamaah. Konstruksi masjid Djingarei dibangun dari batu bata lumpur dan kayu merupakan arsitektur khas Sudano-Sahel. 

Djingareyber adalah salah satu dari tiga madrasah yang merupakan bagian dari Universitas Sankore. Masjid ini tercatat dalam daftar situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1988. Masjid-masjid di Timbuktu adalah peninggalan sejarah dunia, yang dibangun oleh para ulama Sufi berabad-abad lalu. Menurut catatan sejarah, Timbuktu pernah menjadi pusat pendidikan Islam bertempat di tiga masjid besar yang dibangun pada abad ke-15 dan ke-16. Kota itu juga dikenal sebagai "kota 333 wali" yang merupakan awal tradisi Islam Sufi. Inilah destinasi wisata utama yang menarik minat banyak wisatawan mancanegara, khususnya bagi wisatawan muslim dunia. Kota Timbuktu merupakan kota kuno yang ramah dan memiliki sejarah peradaban ilmu pengetahuan yang kuat.

3. Masjid Larabanga, Republik Ghana
Larabanga Mosque Ghana (side view)
By Dieu-Donné Gameli (Karya sendiri) [CC-BY-SA-3.0], via Wikimedia Commons
Masjid Larabanga merupakan masjid bersejarah berarsitektural Sudan di kampung Larabanga, Republik Ghana, Benua Afrika. Sebuah masjid tua terbuat dari lumpur khas benua Afrika yang masih eksis hingga kini. Masjid ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Ghana dan kawasan Afrika Barat. Lokasi Masjid Larabanga ini terletak di Sawla Damongo Road, Larabanga. Larabanga merupakan sebuah kampung Muslim di dekat Damongo di distrik Western Gonja, Wilayah Northern Region. Masjid Larabanga menjadi salah satu dari beberapa masjid-masjid menakjubkan khas Afrika yang terbuat dari lumpur, menambah khasanah seni bangunan masjid di dunia Islam.

Sebenarnya ada beberapa kontoversi terkait kapan masjid ini pertama kali dibangun dan oleh siapa. Sejarah menyebutkan bahwa masjid Larabanga dibangun pada tahun 1421 M, disebutkan bahwa seorang saudagar muslim bernama Ayuba yang sedang dalam perjalanan di daerah tersebut tertidur di tempat itu dan bermimpi mendapatkan perintah untuk mendirikan sebuah masjid. Ketika terbangun di pagi hari, dia mendapati sudah ada pondasi masjid ditempat tersebut yang hadir secara misterius, maka Ayuba mulai melanjutkan pembangunan masjid diatas pondasi yang sudah ada tersebut hingga selesai. Masjid ini juga disebut-sebut sebagai Mekahnya Afrika barat karena kekayaan sejarah dan nilai arsitekturnya.

4. Masjid Raya Agadez, Nigeria
Flickr - Dan Lundberg - 1997 ^277-9A Agadez mosque
By Dan Lundberg (1997 #277-9A Agadez mosque) [CC-BY-SA-2.0], via Wikimedia Commons
Seperti bangunan tradisional lainnya di Afrika, masjid ini pun dibangun dari lumpur dan potongan-potongan kayu. Terletak di daerah Air Massif di tengah-tengah Negara Nigeria. Dibangun pada awal abad ke-16, masjid ini mempunyai menara setinggi 30 meter dengan bentuk unik, yang merupakan menara bersejarah dan paling terkenal di Afrika sub-Sahara. Potongan-potongan kayu yang dipasang di sekeliling dinding menara selain untuk memperkuat struktur bangunan juga difungsikan sebagai tangga ketika merenovasi atau memperbaiki bangunan. 

Masjid Raya Agadez merupakan sebuah arsitektur masjid yang luar biasa, terbuat dari batu bata yang dicampur tanah liat. Bahan dari bangunan yang menggunakan batu bata yang tercampur dengan tanah liat. Batu bata yang tercampur tanah liat, lalu dijemur 25 hari dan menjadi kokoh. Menara tersebut pun menjadi bangunan batu bata tanah liat tertinggi di dunia. Meski sudah berumur ratusan tahun, bangunan masjid dan menara yang terbuat dari batu bata tanah liat di Agadez masih terawat dengan baik hingga kini. Masjid ini menjadi bukti peradaban tinggi di masa lalu. Dan hingga kini bangunan tersebut masih kokoh.

5. Masjid Agung Bobo Dioulasso, Burkina Faso
Moschee von Bobo-Dioulasso
By qiv (Flickr: Moschee von Bobo-Dioulasso) [CC-BY-SA-2.0], via Wikimedia Commons
Republik Burkina Faso salah satu Negara Afrika yang benar-benar tidak familiar bagi telinga kebanyakan orang Indonesia. Negeri ini memang berada begitu jauh dari Indonesia, di Afrika Barat. Nama ibukota Negara ini pun benar-benar terasa aneh di telinga orang Indonesia, Kota Ouagadogou. Di kota Bobo Dioulasso, kota terbesar kedua di Burkina Faso setelah kota Ouagadogou terdapat sebuah Masjid Tua yang dibangun dari lumpur khas Afrika, menjadikan Burkina Faso sebagai salah satu Negara Afrika yang memiliki masjid tua. Kota Bobo Dioulasso ini berjarak 360 km dari kota Ouagadogou. Masjid Tua Bobo Dioulasso atau dalam bahasa Prancisnya disebut grande mosquée de Dioulassoba atau Masjid Agung Dioulasso, adalah masjid kuno yang bercirikan arsitektur Banco Sudaness. Merupakan warisan dari abad ke 19. 

Balok-balok kayu masih menjadi andalan untuk membangun masjid di kawasan utara Burkina Faso hingga wilayah selatan Mali dan Nigeria hingga ke Bani, Bankas atau Djene di Republik Mali. Beberapa sumber menyebutkan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1880 namun sumber yang lain menyebutkan dibangun pada tahun 1893. Disebutkan juga bahwa masjid ini dibangun tidak saja oleh umat islam tapi dibantu oleh berbagai umat yang ada di kota tersebut. Masjid ini dibangun dengan gaya Sahel lengkap dengan dua menaranya masing-masing di sisi mihrab dan pintu masuk utama. Seperti bangunan masjid lumpur Afrika Barat lainnya, masjid agung Bobo Doulasso juga dilengkapi dengan potongan kayu yang menyembul keluar dari dinding lumpur yang selain berfungsi sebagai penguat bangunan dan juga sebagai tangga naik dan turun bagi para pekerja yang memperbaiki masjid ini dari kerusakan akibat gerusan hujan sepanjang tahun.

6. Masjid Sidi Yahya, Timbuktu
Fortier 361 Timbuktu Sidi-Yabya Mosque
By Edmond Fortier (1862-1928) [Public domain or Public domain], via Wikimedia Commons
Sidi Yahya adalah masjid dan madrasah di Timbuktu di negara Afrika Barat Mali yang selesai konstruksi tahun 1440. Sidi Yahya bersama dengan Djinguereber dan Sankore menyusun "Universitas" Timbuktu. Sidi Yahya adalah nama untuk pertama imam dan kepala profesor nya Sidi Yahya (juga disebut Sidi Yahya Tadelsi atau Sidi Yahya Al Andalusi). Masjid ini terletak di sebelah selatan Masjid Sankore yang lebih terkenal. Pembangunan Masjid Sidi Yahya dimulai pada tahun 1400 oleh Sheikh El-Mokhtar Hamalla dengan harapan orang suci yang besar. Butuh waktu 40 tahun untuk menyelesaikannya. 

Pada 1441 Mohamed Naddah, gubernur kota Timbuktu, menunjuk Sidi Yahya sebagai imam pertama. Hal ini menandai awal dari masjid sebagai madrasah dan pusat besar pembelajaran islam disana. Masjid Sidi Yahia terletak di sebelah selatan Sankore, di kota Timbuktu. Masjid ini dipercaya dibangun pada abad 15 oleh Marabout El Sheikh Moktar Hamalla, yang kemudian direnovasi kembali pada tahun 1577-1578 oleh Imam Al Aqib. anyak penduduk yang mengeramatkan dan menganggap masjid ini suci dikarenakan terdapat makam tokoh setempat di dalamnya. Namun, Juli lalu kelompok militan Islam menghancurkan sebagian bangunan masjid yang ditengarai sebagai sumber kesyirikan. Wallahu a'lam.

7. Masjid Raya Djenné, Afrika Barat
Grand Mosque of Djenne (6863773)
By upyernoz from haverford, USA (Grand Mosque of DjenneUploaded by AlbertHerring) [CC-BY-2.0], via Wikimedia Commons
Masjid Raya Djenné adalah bangunan dari lumpur terbesar di dunia dan dianggap oleh banyak arsitek sebagai gaya arsitektur Sudano-Sahelian terbaik. Masjid ini terletak di kota Djenné, Mali, di dekat Sungai Bani. Terletak di kota Djenne, Republik Mali di Afrika Barat, yang merupakan bagian koloni Perancis. Masjid pertama di tempat ini dibangun pada abad ke-13 kemudian dibangun kembali selama 3 tahun (1906 - 1909) dengan bantuan pemerintah Perancis. Ismaila Traore adalah desainer masjid lumpur terbesar dunia ini. Ismaila merupakah seorang muslim, arsitek dan juga koki. Dalam membangun masjid ini, sang arsitek menggunakan bahan-bahan tradisional seperti batang dan cabang pohon yang diaduk bersamaan bata lumpur kering dan juga tanah liat. Dinding Masjid yang dibangun di atas tanah seluas 5.625 meter persegi ini terbuat dari bata lumpur yang dijemur di bawah matahari (disebut ferey) sedang bagian luarnya diplester dengan lumpur yang lembut. 

Ketebalan dinding antara 41 cm dan 61 cm, bervariasi sesuai ketinggian tembok, yaitu bagian lebih tinggi dibangun lebih tebal karena dasar harus cukup lebar untuk mendukung berat. Beberapa batang pohon kelapa dimasukkan dalam tembok bangunan untuk mengurangi proses peretakan akibat kelembaban dan suhu. Menggunakan lumpur sebagai bahan baku pembangunan jelas mendatangkan kelebihan dan juga kekurangan. Masjid Agung Djenne memang dinilai sangat unik, namun juga selalu berubah-ubah. Karena terbuat dari lumpur, maka masalah terbesar adalah cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim di Mali yang ekstrim melibatkan panas yang berkepanjangan, tingkat kelembaban tinggi dan juga erosi. Akibatnya, bangunan Masjid Agung sering mengalami distorsi. Para sejarahwan menilai jika secara keseluruhan desain dari masjid ini kebanyakan dipengaruhi oleh gaya desain Sudan.

No comments:

Post a Comment