Bulan Biru atau Blue Moon didefinisikan sebagai peristiwa munculnya bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Blue Moon "bulan biru" adalah peristiwa langka, seperti dalam ungkapan "satu kali dalam bulan biru". Ungkapan Blue Moon tidak ada kaitannya dengan warna sebenarnya dari bulan, meskipun literal "bulan biru" dapat terjadi dalam kondisi atmosfer tertentu misalnya, ketika ada letusan gunung berapi atau ketika kebakaran besar yang meninggalkan partikel di atmosfer.
Adapun penyebab terjadinya dua kali Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Berdasarkan catatan sejarah, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi pada bulan Januari dan Maret. Blue Moon dalam bulan Januari terjadi menjelang akhir bulan. Karena Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada bulan itu tak ada bulan purnama. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret. Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari. Selain itu fenomena blue moon juga memiliki siklus 19 tahunan, dimana setiap 19 tahun satu kali blue moon terjadi dua kali dalam satu tahun.
Sejarah juga mencatat bahwa fenomena blue moon dua kali setahun ini biasanya terjadi pada bulan Januari dan Maret. Hal ini disebabkan karena purnama pada bulan januari terjadi pada akhir bulan. Sedangkan pada bulan februari tidak terjadi purnama karena hanya terdapat 28 hari dalam sebulan. Blue moon selanjutnya terjadi pada bulan maret karena memiliki 31 hari sehingga memungkinkan terjadi blue moon. Namun ternyata istilah blue moon bukan hanya istilah belaka. Sebab pada kenyataannya fenomena dimana bulan terlihat kebiruan memang pernah benar-benar terjadi beberapa kali.
Menurut Wikipedia, fenomena bulan biru pernah terjadi pada tahun 1980, 1983, 1992, dan 2011. Astronom Ma'rufin Sudibyo, pada tahun 1992 mengatakan bahwa telah terjadi fenomena dimana bulan tampak berwarna kebiruan pada saat gerhana bulan 9 Desember 1992. Sebagian cakram bulan terlihat kebiruan selama bagian yang lain tampak gelap bukan kemerahan seperti biasanya. Fenomena ini merupakan akibat dari letusan Gunung Pinatubo. NASA menyebutkan bahwa bulan bisa tampak biru karena adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna merah, dan partikel tersebut bisa berasal dari letusan gunung.
Namun pada kenyataannya, fenomena bulan tampak biru pernah terjadi bukan hanya saat gerhana matahari melainkan setiap hari. Bulan tampak biru setiap hari selama bertahun tahun setelah letusan, entah sabit, separuh atau purnama. Fenomena langka dan menakjubkan ini terjadi pada tahun 1883 setelah letusan gunung krakatau. Debu letusan krakatau mengotori atmosfer dan menyebabkan cahaya putih yang biasanya tampak biru. Sementara pada saat letusan Gunung St. Helen tahun 1980 dan letusan Gunung El Chicon tahun 1983 fenomena bulan tampak biru juga terjadi.
Blue Moon, Fenomena Langka dan Spektakuler
Bulan Biru memiliki banyak nama. Bulan biru juga disebut sebagai bulan purnama sturgeon, bulan jagung hijau, bulan gabah, dan bulan purnama merah. Terjadinya Bulan Biru berkaitan dengan lama penanggalan Masehi dan Bulan. Satu tahun dalam kalender Masehi berjumlah 365 hari, sementara dalam kalender Bulan 354 hari. Sementara sisa hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun-tahun tertentu akan terjadi dua purnama dalam sebulan.Adapun penyebab terjadinya dua kali Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Berdasarkan catatan sejarah, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi pada bulan Januari dan Maret. Blue Moon dalam bulan Januari terjadi menjelang akhir bulan. Karena Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada bulan itu tak ada bulan purnama. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret. Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari. Selain itu fenomena blue moon juga memiliki siklus 19 tahunan, dimana setiap 19 tahun satu kali blue moon terjadi dua kali dalam satu tahun.
Sejarah juga mencatat bahwa fenomena blue moon dua kali setahun ini biasanya terjadi pada bulan Januari dan Maret. Hal ini disebabkan karena purnama pada bulan januari terjadi pada akhir bulan. Sedangkan pada bulan februari tidak terjadi purnama karena hanya terdapat 28 hari dalam sebulan. Blue moon selanjutnya terjadi pada bulan maret karena memiliki 31 hari sehingga memungkinkan terjadi blue moon. Namun ternyata istilah blue moon bukan hanya istilah belaka. Sebab pada kenyataannya fenomena dimana bulan terlihat kebiruan memang pernah benar-benar terjadi beberapa kali.
Menurut Wikipedia, fenomena bulan biru pernah terjadi pada tahun 1980, 1983, 1992, dan 2011. Astronom Ma'rufin Sudibyo, pada tahun 1992 mengatakan bahwa telah terjadi fenomena dimana bulan tampak berwarna kebiruan pada saat gerhana bulan 9 Desember 1992. Sebagian cakram bulan terlihat kebiruan selama bagian yang lain tampak gelap bukan kemerahan seperti biasanya. Fenomena ini merupakan akibat dari letusan Gunung Pinatubo. NASA menyebutkan bahwa bulan bisa tampak biru karena adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna merah, dan partikel tersebut bisa berasal dari letusan gunung.
Namun pada kenyataannya, fenomena bulan tampak biru pernah terjadi bukan hanya saat gerhana matahari melainkan setiap hari. Bulan tampak biru setiap hari selama bertahun tahun setelah letusan, entah sabit, separuh atau purnama. Fenomena langka dan menakjubkan ini terjadi pada tahun 1883 setelah letusan gunung krakatau. Debu letusan krakatau mengotori atmosfer dan menyebabkan cahaya putih yang biasanya tampak biru. Sementara pada saat letusan Gunung St. Helen tahun 1980 dan letusan Gunung El Chicon tahun 1983 fenomena bulan tampak biru juga terjadi.
No comments:
Post a Comment