9/27/2014

Ini 7 Fakta Unik Seputar Kecerdasan Hewan

Manusia dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Manusia adalah salah satu makhluk yang paling sempurna. Manusia dibekali dengan akal serta pikiran yang hidup dan maju sehingga manusia dapat mengelola bumi ini. Karenanya tak salah bila kemudian mengatakan bahwa manusia adalah makhluk tercerdas dan terpintar di planet bumi. Namun bicara mengenai kecerdasan, ternyata tak hanya manusia saja yang dibekali kecerdasan. Sebab, binatang ataupun hewan juga dibekali dengan kecerdasan oleh Tuhan.
Mausprofil
By --Xocolatl 17:04, 14 January 2008 (UTC) (Karya sendiri) [Public domain], via Wikimedia Commons
Walau hanya bersifat sebatas naluri saja, akan tetapi kecerdasan binatang ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa. Tak hanya berlaku di dunia satwa saja, karena tingkat kecerdasan mereka juga telah memberi kontribusi penting bagi kehidupan manusia. Berdasarkan sebuah penelitian independen, tercatat ada beberapa fakta unik yang mengejutkan tentang kecerdasan hewan. Berikut kami rangkum untuk Anda, fakta-fakta unik seputar kecerdasan hewan yang dilansir dari Listverse.

1. Simpanse
Simpanse, atau dalam Bahasa Inggris sering disingkat chimp, adalah nama umum untuk dua spesies yang masih hidup dari kera dalam genus Pan. Sebagai manusia kita memang sering mengaggumi dan meniru style atau gaya fashion seseorang. Namun ada juga dari kita yang sering mengejek orang yang tidak mengikuti tren fashion terbaru dalam masyarakat. Namun tidak perlu heran karena ternyata kita memiliki kecendrungan meniru yang sama dengan simpanse. Berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Animal COgnition, perilaku meniru simpanse mengarah pada tradisi baru dari kelompoknya. Kasus ini mirip dengan tren fashion baru yang muncul dalam masyarakat kita.

Contohnya, salah satu peneliti berhasil mengamati simpanse bernama Julie yang berulang kali membawa potongan rumput dan menempelkannya di salah satu atau kedua telinganya. Seiring waktu, simpanse lain dalam kelompoknya ikut meniru perilaku Julie. Bahkan, beberapa simpanse ada yang menempatkan rumput ditelinga mereka setelah Julie meninggal. Beberapa simpanse (dan manusia) akan selalu melestarikan tradisi mereka meski dianggap ketinggalan zaman. Para peneliti menyimpulkan bahwa perilaku menempatkan rumput di telinga bukanlah perilaku acak antara simpanse. Mereka secara aktif mempelajari perilaku satu sama lain hingga mereka menemukan manfaatnya, bahkan setelah pencetusnya mati.

2. Burung Beo Nias
Dari segala jenis burung Beo, Burung Beo Nias merupakan salah satu yang paling unik. Burung beo memang dikenal karena keahliannya yang pintar menirukan suara, dan mampu mengingat bahasa manusia dengan baik. Karena kemampuan tersebut, tak heran jika burung beo asal sumatera ini termasuk burung beo yang paling banyak dipelihara. Beberapa ciri dari burung Beo Nias yaitu pada bagian kepala memiliki bulu yang pendek. Di sepanjang cuping telinga menyatu di belakang kepala yang berbentuk gelambir (seperti jengger ayam) yang ada di telinga dan berwarna kuning mencolok. Ada beberapa macam cara bagaimana melatih burung beo agar bisa memiliki banyak kosa-kata yang bisa ucapkan, atau diocehkan. Misalnya dengan menggunakan suara rekaman, atau mengajaknya bicara kata per kata dengan rutin. Dan tentu hal tersebut akan terasa lebih mudah jika burung beo didapat dari lolohan, atau berumur masih sangat muda, sehingga mudah untuk dijinakan.

Dalam beberapa kasus, burung dengan nama latin Gracula religiosa robusta atau Gracula robusta yang sangat jinak akan cepat mengingat dan mengikuti kata-kata yang sudah diajarkan, meski dengan suara yang terpotong atau terbata-bata. Dengan beberapa kali latihan, kata-kata tersebut akan langsung dicerna oleh burung beo. Tak tanggung-tanggung, bahkan tak sedikit para pemilik burung melatihnya untuk mengucapkan kata salam untuk menyambut tamu, seperti hallo apa kabar, selamat pagi, asalamualaikum, dan sebagainya. Rasa ingin tahunya yang sangat besar, juga menjadi salah satu sebab mengapa burung ini pandai mengingat bahasa dengan baik. Sama seperti halnya jika anda menggantung burung ini di tempat yang ramai. Maka dengan cepat ia bisa mengikuti suara lingkungan sekitar, seperti suara pedagang yang lewat, klakson kendaraan, atau suara lainnya.

3. Gurita
Jenis hewan moluska dari kelas Cephalopoda, ordo Octopoda dengan terumbu karang di samudra sebagai habitat utama. Diperkirakan, gurita terdiri dari 289 spesies yang mencakup sepertiga dari total spesies kelas Cephalopoda. Gurita dianggap sebagai salah satu makhluk laut yang paling cerdas di bumi. Hewan bertentakel ini punya cara yang menakjubkan untuk melindungi dirinya, yaitu dengan menggunakan tempurung kelapa. Tentu ini temuan yang sangat menarik. Pasalnya, sang gurita memanfaatkan batok kelapa yang sudah terbelah dua, atau bekas belahan kelapa yang dibuang manusia ke laut dan menggunakannya sebagai perisai pelindung. Ketika gurita merasa terancam, gurita akan masuk kedalam tempurung kelapa tersebut dan sembunyi di dalamnya. Beberapa diantaranya bahkan ada yang menggunakan dua tempurung untuk menciptakan tempat penampungan yang lebih luas, dengan sedikit terbuka untuk memantau situasi di sekitar.

Namun terkadang untuk menghindari deteksi predator, gurita ini akan menggelindingkan tubuhnya di dalam tempurung tersebut agar terlihat seperti tempurung kelapa yang terjatuh. Tempurung kelapa telah memberikan perlindungan yang penting bagi gurita. Karena di dasar laut tidak banyak tempat persembunyian yang bisa ditemukan. Jika mereka bersembunyi di dasar laut tanpa tempurung, pemangsa bisa datang dan merenggut mereka. Para peneliti berasumsi bahwa makhluk laut ini pada mulanya berlindung pada cangkang kerang kosong berukuran besar, tetapi kemudian ia beralih ke kelapa setelah semakin banyak tempurung yang dibuang manusia, dan kerap terdampar di dasar laut. Dengan tempurung kelapa tersebut, gurita-gurita itu menemukan cara yang lebih baik untuk berlindung. Oleh karena perilaku unik tersebut, sehingga ia pun dijuluki sebagai Coconut Octopus, atau gurita kelapa.

4. Lalat Buah
Tephritidae adalah salah satu famili lalat yang disebut sebagai "lalat buah", famili lain adalah Drosophilidae. Tephritidae tidak termasuk organisme model biologis dari genus Drosophila, yang sering disebut "lalat buah umum". Untuk membedakan mereka dari Drosophilidae, Tephritidae kadang-kadang disebut lalat merak, mengacu pada tanda-tanda mereka yang rumit dan berwarna-warni. Kebanyakan dari genus Tephritidae ini adalah hama bagi tanaman khususnya pada buah. Siklus hidup seekor lalat buah biasanya kurang dari 60 hari. Namun tahukah Anda bahwa masa hidup yang singkat itu digunakan lalat untuk mengembangkan berbagai hal kemampuan. Tapi ada satu fakta mengejutkan yang diungkap oleh para peneliti di Oxford University yang menyebutkan bahwa lalat buah akan berfikir dahulu sebelum bertindak. Mereka bahkan mengambil lebih banyak waktu untuk berfikir ketika membuat keputusan sulit, meski masa hidup mereka tak lebih dari 60 hari!

Untuk memulai percobaan, para peneliti melatih lalat buah Drosophila untuk menentukan kosentrasi tertentu dari bau. Kemudian lalat itu disimpan dalam ruang yang sempit. Dan disalah satu ujung ruang ada kosentrasi bau yang harus dihindari dan ada pula kosentrasi yang berbeda dari bau yang sama. Ketika kosentrasi bau mudah untuk dibedakan, maka lalat buah akan dengan cepat pergi ke ujung yang benar dari ruang tersebut disetiap waktunya. Namun ketika kosentrasi sulit dibedakan, lalat buah akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memutuskan. Para peneliti menyimpulkan bahwa mereka mengumpulkan informasi sebelum membuat keputusan. Para peneliti memprediksi bahwa proses pengambilan keputusan lalat buah sama halnya dengan model matematika yang digunakan manusia dan primata. Hal ini menunjukkan bahwa lalat buah memiliki kecerdasan tinggi jauh dari yang kita pikirkan sebelumnya.

5. Tikus
Ini adalah spesies mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) dan tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara. Keduanya merupakan suatu organisme model yang paling penting dalam biologi, juga merupakan hewan peliharaan yang populer di dunia. Para peneliti di Sekolah Internasional untuk Studi Lanjutan terkejut saat menemukan sistem memori yang dimiliki tikus. Mereka menemukan bahwa tikus memiliki memori jangka-pendek dan memori akses-acak untuk menyimpan informasi. Memori atau daya ingat ini juga dimiliki oleh manusia dan gagak.

Pada manusia, cara kerja daya ingat banyak digunakan untuk menyimpan dan memproses informasi, seperti saat bermain game, memecahkan masalah matematika, dan mengikuti percakapan. Para peneliti juga menemukan bahwa tikus dapat merespon sentuhan dengan menggunakan kumisnya, seperti halnya manusia yang merespon sentuhan menggunakan ujung jari mereka. Lalu, daya ingat tikus akan bekerja untuk mengenali dan memutuskan bagaimana menanggapi hal tersebut. Meski para peneliti belum mengetahui secara pasti dimana letak daerah otak tikus yang bertanggung jawab atas daya ingat, tapi mereka menduga bahwa cara kerja ingatan pada otak tikus lebih sederhana daripada otak manusia.

6. Gajah Asia
Gajah asia, kadang dikenal dengan nama salah satu subspesiesnya, gajah india, adalah satu dari tiga spesies gajah yang masih hidup, dan merupakan satu-satunya spesies gajah dari genus Elephas yang masih hidup. Jenis gajah yang cenderung berumur panjang ini banyak didomestikasi dan telah digunakan dalam kehutanan di Asia Selatan dan Tenggara selama berabad-abad dan digunakan juga untuk tujuan seremonial. Sumber-sumber sejarah mengindikasikan bahwa hewan ini kadang digunakan selama musim panen dalam kegiatan penggilingan. Perilaku menghibur memang jarang diperlihatkan oleh beberapa jenis hewan, karena perilaku itu memerlukan rasa empati. Sampai saat ini, kelompok hewan yang menampilkan perilaku ini hanya kera besar, gagak, dan anjing. Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PeerJ menunjukan bahwa gajah Asia kini masuk dalam kelompok tersebut.

Karena pada faktanya, mereka juga dapat menunjukan perilaku menghibur pada sesamanya. Hasil tersebut didapat oleh para peneliti yang telah mengamati sekelompok 26 gajah Asia selama satu tahun di sebuah penangkaran gajah di Thailand. Ketika gajah mengalami kondisi terganggu atau stres oleh keberadaan anjing atau ular didekatnya, maka ia akan mengibaskan telinga, ekor dan mengeluarkan suara gemuruh. Ketika hal itu terjadi, para peneliti mengamati bahwa gajah lain akan langsung menghampirinya untuk menenangkan dan menghiburnya, dengan menggunakan suara ataupun kenyamanan fisik. Seekor gajah yang sedang menghibur cenderung akan membuat suara, seperti menenangkan bayi manusia dengan suara “sshhh.” Gajah tersebut juga akan menggunakan belalainya untuk membelai wajah gajah yang tertekan itu. Perilaku menghibur tersebut bahkan juga akan ditiru oleh gajah lain yang berada didekatnya.

7. Serigala
Serigala atau Serigala abu-abu, adalah binatang mamalia karnivora. Serigala abu-abu mempunyai asal usul yang sama dengan anjing luar negeri dari keluarga Canis Lupus melalui bukti pengurutan DNA dan penyelidikan genetika. Jenis mamalia ini memang dikenal sebagai hewan yang cerdas. Mereka dapat mengamati dan belajar satu sama lain jauh lebih baik ketimbang anjing. Fakta itu diperoleh dari para ilmuwan dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE. Kelompok ilmuwan mempelajari sedikitnya 14 serigala dan 15 anjing kampung, yang masing-masing berumur enam bulan. Selama pengujian, hewan-hewan tersebut dihadapkan dengan anjing yang terlatih membuka kotak kayu dengan menggunakan mulut atau kaki untuk mendapatkan makanan. Setelah mengamati perilaku anjing terlatih tersebut, hampir semua serigala mampu menirukannya, membuka kotak untuk mendapatkan makanan.

Para ilmuwan mengulangi percobaan tersebut sembilan bulan kemudian untuk melihat apakah usia menjadi faktor, dan hasilnya ternyata tidak. Selanjutnya, para peneliti menguji apakah serigala dapat memecahkan masalah lebih baik daripada anjing. Setiap hewan mencoba untuk membuka kotak tanpa melihat perilaku anjing terlatih. Dan hasilnya sebagian besar serigala tidak bisa melakukannya. Dengan hasil tersebut para ilmuwan percaya bahwa serigala melakukan lebih banyak pengamatan, sehingga mereka dapat meniru satu sama lain dengan mudah daripada anjing lainnya. Ilmuwan menduga bahwa hal ini merupakan perilaku serigala yang membentuk dasar pemahaman sosial antara anjing dan manusia.

No comments:

Post a Comment